Beranda > Humaniora, Islam, Sosial > Garuda Muda, Sepakbola, dan Semangat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Garuda Muda, Sepakbola, dan Semangat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Perhelatan Seagames 2011 memang cukup membanggakan, terutama ketika Indonesia menjadi juara umum, pada perhelatan olahraga yang cukup bergensi di kawasan Asia Tenggara tersebut. Sepakbola sebagai salah satu cabang olahraga dalam perhelatan akbar tersebut, yang merupakan cabang olahraga paling bergengsi untuk memperebutkan gelar sebagai juara pertama memperebutkan mendali emas. Sehingga tidak heran, ketika pertandingan final berlangsung, para suporter dari Timnas Sepakola Indonesia U-23 yang dijuluki Garuda Muda tersebut, ketika hari H para suporter berbondong-bondong ke lokasi pertandingan, menyemut, dengan berbagai macam atribut yang telah mereka siapkan, mendukung tim favorit mereka berlaga, karena menjadi pemenang merupakan kebanggan tersendiri, yang tidak dapat dinilai dengan materi.

Magnet yang cukup kuat dari sepakbola ini, rupanya dimanfaatkan oleh para oknum untuk mengeruk keuntungan sesaat. Berdasarkan informasi dari PSSI bahwa dalam perhelatan Seagames 2011 ini mereka hanya mencetak tiket sebanyak 70 ribu tiket, disetiap pertandingannya ? namun faktanya, ada 100-110 ribuan suporter berkumpul dalam stadion menonton pertandingan sepak bola di Seagames 2011, sehingga disinyalir telah terjadi peredaran tiket palsu. Dari 70 ribu tiket yang diterbitkan oleh PSSI, faktanya dilapangan yang hadir adalah 100-110 ribuan suporter, artinya ada kurang lebih 30 ribuan tiket yang telah dipalsukan.

Kelebihan kapasitas hingga 30 ribuan ini sangat berbahaya, sehingga tak heran pada pertandingan final sepakbola di Seagames 2011, turut menelan korban jiwa. Dua orang suporter sepakbola tewas karena terinjak-injak, dan salah satu korban ternyata adalah seorang pemain band profesional yang tergabung dalam Manajemen Republik Cinta, asuhan Ahmad Dhani. Kita bisa hitung jika satu tiket tribun saja dihargai Rp.50.000, maka jika ada 30 ribu tiket palsu, oknum pemalsu tiket menangguk keuntungan kotor sebanyak Rp. 1,5 Milyar, wow. Dan ironisnya, uang panas tersebut telah menelan korban jiwa, korban luka, dan korban meninggal menjadi tumbal atas keserakahan para oknum yang lebih mementingkan keuntungan sesaat.

Sepakbola, dalam setiap momen kompetisi seperti apapun telah menjadi magnet pemersatu bangsa yang total penduduknya telah lebih dari 220 juta. Walau secara keseluruhan mereka tidak berkumpul di stadion menonton secara live, namun sebagian besar mengadakan event nonton bareng di lokasi-lokasi yang sudah ditentukan. Bisa di pusat perbelanjaan, cafe, di kantor, pos ronda, atau gelar nonton bareng di halaman rumah, dengan sistem layar tancap. Dan sepakbola, sedikit banyak menjadi wahana hiburan murah meriah untuk beristirahat sejenak dari hiruk pikuk atifitas, permasalahan yang dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya. Setidaknya issue mengenai kemiskinan, pengangguran, dan upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyrakat, sering hilir mudik dimedia, setiap hari, baik cetak maupun elektronik. Dan ketika ada pertandingan sepakbola dilayar televisi, semua lapisan masyarakat entah itu kaya atau miskin, sebagaian besar menumpahkan konsentrasinya kesana, sebuah hiburan murah meriah.

Bicara mengenai penduduk 220 juta lebih Indonesia yang sebagian besar memiliki masalah kesejahteraan. Ada sebuah data menarik dari Asian Development Bank (ADB) bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Berdasarkan riset yang mereka lakukan, menyatakan bahwa sebenarnya Indonesia memiliki potensi pengumpulan dana zakat hingga Rp. 217 Triliun. Menurut pendapat seorang guru besar Sosiologi Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Bambang Pranowo, menyatakan bahwa jika urusan zakat ini dikelola dengan baik, maka zakat dapat tekan angka kemiskinan, dengan kata lain zakat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Seperti yang di kutip oleh VOA Indonesia, Bambang Pranowo berpendapat hingga saat ini pengelolaan zakat di Indonesia belum ideal. Menurutnya meski lembaga pengelola zakat semakin berkembang namun akan lebih baik jika zakat dikelola melalui kerjasama dengan pemerintah karena pemerintah memiliki data wilayah-wilayah di tanah air dengan penduduk kurang mampu.

Bambang mengatakan, “Kalau idealnya kan sebetulnya harus ditangkap semangatnya itu untuk bisa menjadikan orang yang miskin menjadi tidak miskin, jadi sekarang masih arahnya konsumtif, yang diarahkan ke yang lebih produktif itu melalui lembaga-lembaga tertentu saja, seperti misalnya dompet dhuafa, lembaga zakatnya Muhammadiyah, mungkin NU juga, tetapi masih terbatas saya lihat laporan-laporannya ada yang sudah cukup bagus tetapi ada banyak yang masih lebih konsumtif dan memang mayoritas orang berzakat sendiri-sendiri.”

Jika selama ini banyak masyarakat mempertanyakan mana yang lebih baik apakah berzakat dengan cara langsung atau melalui lembaga pengelola zakat, Bambang Pranowo menjelaskan, kedua mekanisme itu sempurna meski menurutnya lagi akan lebih baik jika dilakukan dengan melibatkan keduanya.

“Orang kan hidup bertetangga, berkeluarga, kalau langsung ke badan zakat itu tentu kemudian bagaimana dengan tetangganya, bagaimana dengan keluarganya kalau yang miskin yang tidak dapat, jadi oleh karena itu kombinasi, sebagian melalui lembaga itu, sebagian dia yang tahu siapa orang terdekat yang layak menerima zakat,” ujar Bambang.

Namun begitu, seperti yang diungkapkan oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), walaupun Indonesia memiliki potensi perolehan zakat untuk didistribusikan kemasyarakat, dalam rangka kesejahteraan masyarakat sebesar Rp. 217 Triliun. Hingga saat ini rata-rata per tahun Asosiasi lembaga zakat di Indonesia hanya mampu menghimpun sekitar Rp 1,2 hingga Rp 1,5 trilyun.

Kembali, semangat kebersamaan yang ada dalam olahraga sepakbola, antara pemain, dan juga para suporternya alangkah sangat indahnya andai bisa menular dalam semangat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara kolektif. Semangat berbagi dari 220 juta penduduk Indonesia yang mayoritas muslim ini, jika pemerintah, dan para ulama, tokoh masyarakat lebih kreatif lagi, proaktif dalam mengkampanyaken pentingnya berzakat, dalam kerangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tentu angka kemiskinan akan dapat ditekan. Dan ini sertamerta akan meningkatkan tingkat pendidikan dimasyarakat, kualitas kesehatan, dan Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat dalam hal persaingan dengan masyarakat global. Karena dari sumberdaya alam kita sudah sangat sangat lengkap, tinggal kita fokus dalam peningkatan sumber daya manusia, dan zakat bisa jadi merupakan salah satu elemen penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, baik langsung, ataupun tidak langsung. (sal)

  1. November 23, 2011 pukul 10:25 pm

    wah, blognya keren mas.. ni ane masih newbie didunia blogger, mohon bimbingannya ya

    salam kenal
    muslimshare

    http://muslimshare2.wordpress.com

    • salmanalfarisy
      November 24, 2011 pukul 2:22 am

      Salam kenal juga 🙂

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar