Arsip

Archive for the ‘Personal’ Category

Tempat tidur baru itu bernama ‘Keberanian’.

Akhirnya Abi kesampaian juga membelikan tempat tidur baru untuk anak pertamanya, Namia. Usianya baru empat tahun, namun dimata Umi dan Abinya terasa jelas nalarnya seperti anak umur 6 tahun, bahkan lebih. Cerdas !!, banyak orang yg menyebutnya seperti itu, dan hal ini yg membuat Umi dan Abi bangga akan buah hatinya itu.

Apa yang terjadi dimalam ini memang sudah dinanti-nantikan. Tempat tidur baru itu akan datang, mengisi kamar tidur kedua yang saat ini masih diisi oleh kasur yg digelar langsung merapat ke lantai. Tempat tidur baru itu berwarna putih, dilapis kasur busa dengan per yang tebal, empuk, dan lembut. Bagian bawahnya juga tersedia tempat tidur tambahan, jadi tempat tidur ini bisa ditempati untuk dua orang, sengaja memang. Kelak akan ditempati Namia dan Teteh.

Sudah hampir tiga bulan keluarga Umi dan Abi ditemani dengan anggota keluarga baru. Seorang anak gadis yang baru saja lulus sekolah SMA. Pembantu ? ahhh Umi dan Abi sepertinya tidak nyaman menyebutnya seperti itu. Mereka lebih nyaman menyebutnya asisten rumah tangga, dan diperlakukan layaknya sebagai salah satu anggota keluarga. Umi dan Abi bahkan sengaja memadankan anak ini sebagai ‘kakak’ untuk Namia. Mereka membahasakan panggilan ‘Teteh’, untuk anggota keluarga baru ini.

Awalnya dikamar kedua itu hanya ditempati oleh Teteh, dengan selembar kasur yang tergerai langsung menempel lantai. Dan kini Umi & Abi sengaja manambahkan diruangan itu tempat tidur ganda, dan kelak Namia akan menemani Teteh, berdua di tempat tidur baru itu.

Sekarang Namia, tidur berdua bersama Teteh ditempat tidur barunya. Sedangkan Umi dan Abi, masih ditemani Gazza, anaknya yang kedua, yang baru saja berumur dua tahun. Periode itupun dimulai, dari hari pertama hingga seminggu lebih, Namia, tidur terpisah, setelah empat tahun lamanya selalu tidur bersama dengan Umi, Abi, dan Gazza. Ada rasa kangen yang menderu, kenangan-kenangan ketika Abi yang kerap mendongeng kepada buah hatinya itu, atau kenangan Umi yang selalu memulai memimpin doa sebelum tidur yang diakhiri oleh ucapan amin dari bibir kecil Namia, sungguh kenangan itu begitu menggemaskan. Dan walau hanya terpaut beberapa meter, rasa rindu itu cukup mengganggu.

Sudah hampir dua Minggu Namia tidur terpisah dengan Umi dan Abi. Sekarang hari Sabtu, dan Teteh memohon Izin untuk pulang sejenak menemui orang tuanya. Teteh pulang ke orang tuanya, berarti nanti malam Namia kembali tidur bersama Umi, Abi, dan Gazza. Dan sepertinya mereka sangat menunggu momen ini, kangen.

Malam sudah larut, jam di dinding sudah menunjukkan pukul 21.00, itu artinya waktunya untuk tidur malam. Umi dan Abi, mulai merayu anak-anaknya untuk mulai menghentikan aktifitasnya. Menggiring mereka ke kamar mandi, cuci kaki, gosok gigi, pipis, ganti baju untuk selanjutnya bobo.
Umi menggiring kedua anaknya Namia dan Gazza ke kamar tidur utama. Tapi apa dinyana, Namia menolak untuk tidur dikamar utama bersama Umi, Abi dan Gazza “Aku mau tidur dikamar akuu!!” pinta Namia “Tapi kan di kamar sana gak ada Teteh, Namia, gapapa bobo sendiri ?” Jelas Umi “Gapapa akukan berani, aku berani bobo sendiri kok!!” Jawab Namia, berusaha meyakinkan Uminya. Akhirnya Umi mengantarkan Namia tidur dikamarnya. “Abi temanin yah ?” tanya Umi “Gak usah, aku bobo sendiri ajah, gapapa kok Umiii!!” . Mendengar jawaban itu, Umi begitu takjubnya, karena dia ingat betul bahwa ketika dia masih seumur Namia, dia masih tidur ditemani oleh anggota keluarganya yang lain. Sekarang dihadapannya dia mendengar buah hatinya menjawab dengan tegas mengenai keberaniannya untuk tidur sendiri, tidak ditemani siapapun. “Lampunya aku nyalain ajah yaah ?” tanya Umi, dialog itu berlanjut “Matiin ajah Umi” jawab Namia, “Pintunya aku buka ajah yaah?” tanya Umi kembali, “Tutup ajah Umi” jawab Namia kembali, “Oke deh, met bobo yah sayang” ucap Umi, sambil mendaratkan kecupan sayang didahi Namia. Kemudian lampu dimatikan, dan pintu kamar Namia pun ditutup.

Di kamar utama, Umi dan Abi masih saja memikirkan anak pertamanya itu. Apakah Namia akan tenang tidur sendirian? Tidak akan menangis ? Tidak ketakutan. Sekali waktu mereka berdua sengaja mengintip anak pertama mereka itu, untuk sekedar memastikan bahwa anak mereka baik-baik saja. Dan Namia terlelap hingga pagi, kini tergambar sudah, betapa sekarang mereka mempunyai anak perempuan yang pemberani, mandiri, diusianya yang baru empat tahun. Dan aktifitas itu berlanjut, dihari-hari berikutnya. Haaah andai dulu aku punya tempat tidur sendiri, mungkin aku akan seperti Namia, menjadi pemberani.

Yang teromantis dalam pembuktian cinta

Yang teromantis dalam pembuktian cinta adalah proses pembuktiannya itu sendiri.

Merapihkan asa

Juli 7, 2010 2 komentar

Terima kasih Tuhan, Kau rapihkan asa yang sempat terserak dalam lemari hatiku. Dengan kekuatan Mu, Kau anugerahkan energi positif sehingga aku dapat senantiasa bertasbih kepada Mu. Bersama Mu selalu, menggapai cinta Illahiah, membimbingku dalam tujuan itu. Engkau lah Yang Maha Besar, & Engkau lah yang membesarkan hati-hati kami, & dengan Mu aku melesat bagai anak panah terlontar dari busurnya, menuju ke Ridhoan Mu.

Aku bersyukur

Juli 7, 2010 2 komentar

Aku bersyukur atas nikmat umur, sehat, dan nikmat Iman, memiliki pasangan yang sangat mencintai dan menyayangiku, mempunyai anak2 yg lucu, cerdas, & sehat, mempunyai pekerjaan yg aku sukai, memiliki teman2 yg bersemangat, & aku bersyukur atas kedua orang tuaku, yg selalu mendoakan keselamatan, & kesuksesanku, aku pun bersyukur atas kasih sayang, bimbingan Tuhan selama ini, Alhamdulillah, salam MANTAB !!!

Jika ada tamu ‘malas’ bertandang pada ku

Jika ada tamu ‘malas’ bertandang pada ku, akan kubangunkan ‘semangat’ yg sedari tadi sedang tertidur. Kemudian dgn lantang ‘semangat’ berkata kepada sang ‘malas’, “Hei malas, jangan coba mendekat, kau boleh berdiri disana, memperhatikan kami, tapi jangan coba menyentuh kami” . Alhamdulillah ‘semangat’ hanya tertidur, bukan pergi meninggalkan ku.

I can’t take my eyes of you and I can’t take my mind of you, my beloved wife.

I can’t take my eyes of you and I can’t take my mind of you, my beloved wife.

Jualan koran

Terkenang 20 tahun yg lalu, setiap hari libur, jam 7 pagi aku sudah sibuk menjajakan koran berkeliling komplek perumahan Marinir, Dewa Ruci, Cilincing, Jakarta Utara. Begitu siang menjelang, aku bergegas ke SPBU Pertamina, yg berdekatan dengan Bogasari.
Menariknya, di SPBU ini kerap ada orang yg memberi uang secara cuma2, tanpa harus ditukar dengan koran yg aku jajakan, mungkin karena penampilanku yg kurus dan lusuh, jadi layak dikasihani..he he 😀

I Love You

I just wanted to say that I loved you, like the desert miss the rain fall.

Kategori:Humaniora, Personal Tag:,

Kangen, aku kerap memburu rasa itu

Kangen, aku kerap memburu rasa itu. Ketika semuanya jauh, maka sebuah rasa kedekatanlah yang ingin dicapai. Seperti saat ini, ketika aku sedang asik mengoptimalkan energi ku untuk amanah dikantor, terlintas rasa kangen untuk bermain, bercanda dengan dua malaikat kecil ku Gazza dan Namia. Terlebih kepada pasangan sayap ku, istri ku, yg senyumnya tidak mudah untuk dilupa, terus melekat.  Aku kangen

Membingkai masa lalu

April 1, 2010 2 komentar

MASA LALU : Sebagian orang berkeras untuk melupakannya, berjuang agar semua itu enyah dari pikirannya. Kemudian apa yang terjadi ? semuanya tetap ada disana, teronggog seperti sampah tak berarti. Menyiksa kehidupan, dan membuatnya berjalan lebih lamban, menjadikan semua terlambat, kalah, dan tidak berarti.

Bagaimana jika kenangan masa lalu itu kita ikhlaskan untuk tetap berada di sana, tidak perlu kita berkeras untuk membuangnya, karena bagaimana pun semua itu telah menjadi bagian dari hidup dan kehidupan kita. Kemudian kita rapihkan, kita susun, dibingkai dalam ruangan perasaan kita, berkumpul bersama semua kenangan yang ada, kenangan yang indah, yang suram, manis, pahit, getir, pedas, asam, asin dan kesemua kenangan itu. Menjadi hiasan abadi yang telah menjadi warna kehidupan kita, menjadi bumbu di keseharian kita.

Dan pada saatnya kita akan tersenyum, ketika melihat kembali bingkai masa lalu kita, betapa semua itu telah menjadikan kita menjadi pribadi yang istimewa seperti saat ini.

Salman Al Farisy