Arsip

Archive for the ‘Humaniora’ Category

Pancinglah Rezeki dengan Sedekah

November 30, 2011 1 komentar

Seminar 7 Keajaiban Rezeki Bersama Ippho Santosa Diikuti Ratusan Orang

Ratusan orang bergerak ke depan. Mereka merogoh saku, membuka dompet, dan menaruh uang ke lantai berkarpet tebal di depan pentas. Pada saat bersamaan ada yang meletakkan handphone di atas tumpukan uang, kemudian ada pula melepaskan jam tangan dan cincin emas di jari manisnya.

Demikianlah gambaran mereka yang tergerak hatinya bersedekah setelah mendengar paparan Ippho Santosa, dalam ”Seminar 7 Keajaiban Rezeki (Percepatan Rezeki dalam 40 hari dengan Otak Kanan)” di Mercure Hotel, Padang. Seminar yang digelar Entrepreneur Club (EC) Padang ini, memaparkan antara lain, jika ingin diberi rezeki oleh Allah SWT, bersedekahlah. Mengutip Ali bin Abi Thalib, Ippho Santosa mengajak, pancinglah rezeki dengan sedekah. Kemudian, setiap kesulitan dan keinginan yang ada, bisa diatasi atau didapat dengan bersedekah.

Baca selengkapnya…

Garuda Muda, Sepakbola, dan Semangat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

November 23, 2011 2 komentar

Perhelatan Seagames 2011 memang cukup membanggakan, terutama ketika Indonesia menjadi juara umum, pada perhelatan olahraga yang cukup bergensi di kawasan Asia Tenggara tersebut. Sepakbola sebagai salah satu cabang olahraga dalam perhelatan akbar tersebut, yang merupakan cabang olahraga paling bergengsi untuk memperebutkan gelar sebagai juara pertama memperebutkan mendali emas. Sehingga tidak heran, ketika pertandingan final berlangsung, para suporter dari Timnas Sepakola Indonesia U-23 yang dijuluki Garuda Muda tersebut, ketika hari H para suporter berbondong-bondong ke lokasi pertandingan, menyemut, dengan berbagai macam atribut yang telah mereka siapkan, mendukung tim favorit mereka berlaga, karena menjadi pemenang merupakan kebanggan tersendiri, yang tidak dapat dinilai dengan materi.

Magnet yang cukup kuat dari sepakbola ini, rupanya dimanfaatkan oleh para oknum untuk mengeruk keuntungan sesaat. Berdasarkan informasi dari PSSI bahwa dalam perhelatan Seagames 2011 ini mereka hanya mencetak tiket sebanyak 70 ribu tiket, disetiap pertandingannya ? namun faktanya, ada 100-110 ribuan suporter berkumpul dalam stadion menonton pertandingan sepak bola di Seagames 2011, sehingga disinyalir telah terjadi peredaran tiket palsu. Dari 70 ribu tiket yang diterbitkan oleh PSSI, faktanya dilapangan yang hadir adalah 100-110 ribuan suporter, artinya ada kurang lebih 30 ribuan tiket yang telah dipalsukan.

Baca selengkapnya…

4 Tanda Pria Siap Menikah & Tidak Siap Menikah

Juni 13, 2011 4 komentar

Jakarta – Pria dan pernikahan merupakan kedua hal yang sulit disatukan. Sebagian dari mereka menganggap pernikahan merupakan kehidupan yang menyulitkan. Namun, tidak semua pria berpikir seperti itu. Banyak juga di antara mereka yang ingin segera menikah dan menjalani bahtera rumah
tangga.

Mungkin Anda sedang bertanya-tanya, yang manakah tipe kekasih Anda, apakah pria yang ingin menikah atau pria yang menganggap pernikahan suatu hal yang menyusahkan?

Ternyata mudah saja mengetahui pria yang ingin menikah dan tidak ingin menikah. Simak tanda-tanda berikut ini dan Anda akan mengetahui isi hatinya.

Berikut ini tanda si dia siap menikah, seperti dilansir dari iVillage:

Tidak lagi ingin bersenang-senang
John Malloy, penulis ‘Why Men Marry Some Women and Not Others’, melakukan penelitian terhadap 2.500 pria. Banyak responden yang mengatakan, kehidupan lajangnya tidak lagi menarik. Malloy juga mewawancari pria berusia antara 17 hingga 70 tahun yang sedang merencakan pernikahan. Mereka mengaku tidak berminat lagi untuk mengunjungi klub dan bar favoritnya.

Finansial yang matang
Tina Tessina, Ph.D, seorang psikoterapis California menjelaskan, pria akan menikah jika mereka sudah siap dalam segi finansial.

“Pria memiliki jam biologis, ‘waktu’ mereka berbeda dibanding wanita. Prioritas pria cenderung terfokus pada kematangan finansial sebelum ia
memiliki keluarga. Jika ia masih berjuang untuk membayar tagihan, ia tidak ingin menambahkan beban dengan memiliki istri,” jelas Tessina.

“Anda sebaiknya mencari pria dewasa yang bisa diperhitungkan. Pria yang berkomitmen pada pekerjaan, keluarga dan teman. Meskipun dia belum siap menikah, setidaknya dia dapat membahas konsep komitmen,” saran Tessina.

Berkeinginan menjadi ayah
Carol Morgan, seorang pakar matcmaker (mak comblang), mengamati pria yang ingin menikah ketika mereka mulai menyukai anak-anak dan sering membicarakan keinganannya untuk segera memiliki anak pada kekasihnya.

Sedangkan menurut penelitian dari John Malloy, pria yang berpendidikan tinggi, kebanyakan menganggap penikahan sebagai suatu hal yang tidak
serius sampai usia 26. Mereka baru memasuki tahap komitmen yang tinggi antara usia 28 dan 33. Dari penelitian tersebut juga ditemukan, pria yang memiliki jenjang pendidikan yang lama seperti dokter dan pengacara, kebanyakan baru akan memikirkan komitmen diusia 30 sampai 36. Malloy menambahkan, jika usia 30 belum menikah, kemungkinan konsep pernikahannya mulai memduar. Menginjak usia 43, jika masih belum menikah juga, mereka lebih memilih menjadi bujangan seumur hidup.

Bertingkah layaknya suami
April Masini, pengarang ‘Date Out of Your League’ menjelaskan, “ketika seorang pria siap menikah, ia mulai bertindak seperti suami. Misalnya
ia akan membuat rencana untuk masa depan, memperkenalkan Anda kepada teman-teman dan keluarga. Mereka pun bukan hanya sekedar menelepon Anda setiap harinya, tapi juga ingin memberitahukan rincian kegiatannya dan memiliki keingan yang besar untuk mendengar tentang kabar Anda.

Tanda Tidak Siap Menikah:

1. Tidak mau terikat
Jika dia pernah mengatakan tidak ingin terikat oleh wanita manapun, jangan buang waktu Anda untuk menunggu dia berubah pikiran. Pria tipe ini masih mau bersenang-senang dengan banyak wanita.

2. Membeli barang mahal
Membeli mobil Porsche atau barang mahal lainnya merupakan tanda ia tidak memikirkan pernikahan atau masa depannya nanti. Carol Morgan mengatakan, “Jika ia bertindak secara finansial belum dewasa dan tidak bertanggung jawab berarti dia masih berpikir tentang ‘aku’ bukan ‘kita’.”

3. Pernikahan bukan suatu hal yang menyenangkan
Dia mengganggap teman-temannya yang menikah merupakan orang yang menyedihkan. Jika pria berkomitmen maka mereka mengganggap pernikahan sesuatu yang membahagiakan, bukan menyedihkan.

4. Sering membuat Anda menangis
Jika ia sering bertindak kasar, berbohong dan genit terhadap wanita lain, berarti dia tidak serius dengan Anda. Segeralah ambil keputusan dan raihlah hidup Anda kembali.

RA Kartini, Di Balik Istilah Habis Gelap Terbitlah Terang

April 21, 2011 3 komentar

Sosok Kartini adalah metamorfosis seorang muslimah dalam menemukan jalan kepada agamanya. Melalui surat-suratnya yang dituliskan kepada sahabat-sahabatnya kita dapat melihat proses perjalanan dan pemikiran Kartini saat itu. Bagaimana Kartini memandang dakwah islam dalam keluarga, pendidikan untuk wanita yang saat itu termarjinalisasi, pandangannya tentang poligami hingga masalah misi zending dan kristenisasi.

Dalam belajar Islam di waktu kecil, boleh jadi Kartini mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan. Ia pernah dimarahi guru ngajinya lantaran senantiasa menanyakan makna dari ayat-ayat Al-Quran yang dia baca. Kejadian itu memunculkan penolakan pada diri Kartini.

Sampai suatu ketika Kartini berkunjung ke rumah pamannya—Pangeran Ario Hadiningrat—seorang Bupati di Demak. Kartini ikut mendengarkan pengajian bulanan bersama para raden ayu yang lain, dari balik tabir. Kartini tertarik pada materi pengajian tafsir Al-Fatihah yang disampaikan Kyai Haji Mohammad Sholeh bin Umar, seorang ulama besar dari Darat, Semarang,. Kyai Sholeh Darat ini –demikian ia dikenal—sering memberikan pengajian di berbagai kabupaten di sepanjang pesisir utara.

Setelah selesai acara pengajian Kartini mendesak pamannya agar bersedia menemaninya untuk menemui Kyai Sholeh Darat. Inilah dialog antara Kartini dan Kyai Sholeh Darat, yang ditulis oleh Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat :
“Kyai, perkenankanlah saya menanyakan sesuatu. Bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?” Tertegun Kyai Sholeh Darat mendengar pertanyaan Kartini yang diajukan secara diplomatis itu.
“Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?”. Kyai Sholeh Darat balik bertanya, sambil berpikir kalau saja apa yang dimaksud oleh pertanyaan Kartini pernah terlintas dalam pikirannya.
“Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”

Setelah pertemuannya dengan Kartini, Kyai Sholeh Darat tergugah untuk menterjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Jawa. Pada hari pernikahan Kartini, Kyai Sholeh Darat menghadiahkan kepadanya terjemahan Al-Quran (Faizhur Rohman Fit Tafsiril Quran), jilid pertama yang terdiri dari 13 juz. Mulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan surat Ibrahim.

Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya. Kartini menemukan dalam surat Al-Baqarah ayat 257 bahwa ALLAH-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minazh-Zhulumaati ilan Nuur). Rupanya, Kartini terkesan dengan kata-kata Minazh-Zhulumaati ilan Nuur yang berarti dari gelap kepada cahaya karena Kartini merasakan sendiri proses perubahan dirinya. Dalam surat-suratnya kemudian, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat “Dari Gelap Kepada Cahaya” ini. (Sayangnya, istilah “Dari Gelap Kepada Cahaya” yang dalam Bahasa Belanda adalah “Door Duisternis Tot Licht” menjadi kehilangan maknanya setelah diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan istilah “Habis Gelap Terbitlah Terang”).

Mr. Abendanon yang mengumpulkan surat-surat Kartini menjadikan kata-kata tersebut sebagai judul dari kumpulan surat Kartini. Tentu saja ia tidak menyadari bahwa kata-kata tersebut sebenarnya dipetik dari Al-Qur’an. Kata “Minazh-Zhulumaati ilan-Nuur“. dalam bahasa Arab tersebut, tidak lain, merupakan inti dari dakwah Islam yang artinya: membawa manusia dari kegelapan (jahiliyyah atau kebodohan) ke tempat yang terang benderang (petunjuk, hidayah atau kebenaran).

Tapi sayang tidak lama setelah itu Kyai Sholeh Darat meninggal dunia, sehingga Al-Quran tersebut belum selesai diterjemahkan seluruhnya ke dalam bahasa Jawa. Kalau saja Kartini sempat mempelajari keseluruhan ajaran Islam (Al-Quran) maka tidak mustahil ia akan menerapkan semaksimal mungkin semua hal yang dituntut Islam terhadap kemuslimahannya.

Sumber : http://riyanti.web.id/nisa/di-balik-istilah-habis-gelap-terbitlah-terang/

Mengapa Pelari Kulit Hitam Sering Juara? – www.inilah.com

image

INILAH.COM, Jakarta – Sebanyak 28 dari 38 pemegang rekor dunia lari cepat 100 meter dipegang oleh warga berkulit hitam. Kini, studi ilmuwan dua unversitas tahu apa penyebabnya. Simak berikut.

Studi peneliti Howard University di Washington dan Duke University di North Carolina menunjukkan alasan mengapa atlet berkulit hitam mampu mengalahkan ras lain dalam lomba lari. Menurut penelitian, perbedaan fisik pada panjang anggota tubuh dan struktur tubuh berarti pusat gravitasi cenderung lebih tinggi pada orang kulit hitam.

Sejak 1968, pemegang rekor dunia lari 100 meter pria adalah atlet kulit hitam. Sejak 1912, ketika Asosiasi Internasional Federasi Atletik (IAAF) mulai melacak pemegang rekor lari cepat itu, hanya ada 10 atlet yang tak berkulit hitam keluar dari 38 individu pemegang rekor dunia itu.

“Terdapat bukti penuh menunjukkan adanya perbedaan jelas dalam jenis tubuh di antara orang kulit hitam dan putih,” kata peneliti Edward Jones yang meneliti gizi, nutrisi dan komposisi tubuh remaja obesitas di Howard University .

“Ini merupakan pola nyata yang dijelaskan di sini. Apakah pelari tercepat itu dari Jamaika, Afrika atau Kanada. Kebanyakan pelari itu jika dilacak akan kembali lagi ke Afrika Barat pada umumnya”.

“Meski terdapat juga faktor budaya, semuanya bermuara pada struktur tubuh,” tambah Jones. Orang kulit hitam cenderung memiliki anggota tubuh lebih panjang dengan lingkar yang lebih kecil. “Artinya, pusat gravitasi mereka lebih tinggi dibandingkan orang kulit putih yang memiliki tinggi sama,” tambah profesor teknik Duke University , Adrian Bejan.

Orang Asia dan kulit putih cenderung memiliki torso (potongan tubuh dari bagian atas kepala sampai potongan paha) lebih panjang. Hal menyebabkan pusat gravitasi mereka lebih rendah.

“Perbedaannya memang kecil dan kita tidak benar-benar bisa melihatnya langsung pada seseorang. Kita selalu terjebak dengan pertanyaan, seberapa panjang kaki seseorang,” papar Bejan. Namun, perbedaan-perbedaan kecil ini tentunya berpengaruh pada balapan yang berlangsung selama kurang dari 10 detik itu.

Tinggi pusat gravitasi seseorang mempengaruhi seberapa cepat kaki bergerak ketika menyentuh tanah. Jadi, kaki seseorang dengan pusat gravitasi yang lebih tinggi akan menyentuh tanah lebih cepat dibanding orang yang pusat gravitasinya lebih rendah.

Dalam studi, para ilmuwan mengumpulkan data militer di 17 negara. Militer mengukur para calon tentara untuk menentukan ukuran seragam mereka dan data itu merupakan sumber data yang dapat diandalkan.

Untuk memperkirakan panjang tubuh, para ilmuwan membandingkan tinggi rata-rata tentara militer dengan tinggi ketika mereka duduk serta jarak kursi ke bagian atas kepala. Hasil studi menunjukkan, tinggi duduk rata-rata orang kulit hitam sekitar 3 cm lebih pendek dibanding orang kulit putih yang memiliki tinggi sama.

Artinya, antara orang kulit hitam dan kulit putih yang memiliki tinggi sama, kaki orang kulit hitam lebih panjang sedangkan torso orang kulit putih lebih panjang. Perbedaan fisik ini memberi keuntungan pada atlet kulit hitam.

Dari sudut pandang fisika, kaki berlari dan torso menjadi berat tambahan yang harus disokong kaki. Sebaliknya, orang kulit putih cenderung memiliki keuntungan di kolam renang dengan torso lebih panjang memungkinkan mereka berenang lebih cepat.

“Kolam menghasilkan gelombang. Olahraga ini merupakanseni untuk muncul ke permukaan gelombang. Ketika gelombang menjadi lebih besar, orang kulit putih bisa berenang lebih cepat karena torso mereka lebih panjang,” kata Bejan.

Studi ini diterbitkan online dalam International Journal of Design dan Nature serta Ecodynamics. [mdr]

Sumber: http://m.inilah.com/read/detail/1296392/mengapa-pelari-kulit-hitam-sering-juara/

Hanya 5 Persen Masyarakat Tertarik Wirausaha

Februari 27, 2011 1 komentar

Masalah pengangguran bukan lagi menjadi masalah biasa lagi di Indonesia. Tingkat pengangguran yang tinggi cukup membuat pemerintah kewalahan. Selain menambah lapangan kerja, pemerintah juga menganjurkan kepada masyarakat untuk berwirausaha.

“Berwirausaha adalah salah satu alternatif pemerintah dalam mengurangi pengangguran. Kesempatan kerja yang terbatas menyebabkan terjadinya kompetisi antara pencari kerja.” ujar Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Muhaimin Iskandar, dalam pidatonya dalam acara penandatanganan MoU antara Pemerintah Provinsi Gorontalo dan Yayasan Matsushita Gobel, Sabtu (26/2).

Namun sayangnya, hanya 5 persen saja dari jumlah angkatan kerja yang berminat untuk melakukan wirausaha. Sisanya lebih memilih untuk menjadi karyawan atau pegawai yang bekerja dengan mendapatkan gaji atau upah. Jumlah ini merupakan hasil sensus Ketenagakerjaan Nasional yang dilaksanakan pada 2007.

Padahal, tambah Muhaimin, menjadi wirausahawan sangat menguntungkan. Selain mempunyai kemampuan untuk mengatur waktu sendiri, juga dapat mengatur kondisi usaha dan membuat aturan main dalam udaha sendiri.

Selain berdampak pada diri sendiri, kewirausahaan juga berdampak pada perekonomian, yaitu sebagai upaya ntuk mendorong pertumbuhan perekonomian dan daya saing nasional dalam perluasan kesempatan kerja. “Dengan perluasan kesempatan kerja, tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat, begitu pula dengan daya belinya. Dan kesejahteraan masyarakat pun pasti meningkat,” tuturnya lagi.

Usaha pemerintah untuk perluasan kesempatan kerja dan kesempatan untuk melahirkan bisnis baru merupakan salah satu tujuan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini dibantu dengan program-program yang dilakukan instansi pemerintah dan swasta untuk pengembangan usaha baru dan promosi tentang wirausaha di tingkat lokal dan nasional.

Promosi tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi melalui penguatan dan perluasan basis bisnis. Promosi inovasi, dan peningkatan jumlah sisi kompetisi. Muhaimin sangat mendukung dan mendrong pemerintah daerah yang bekerja sama dengan perusahaan nasional, seperti yang saat ini sedang dilaksanakan oleh pemerintah Gorontalo.

Ia berharap dengan penandatanganan MoU ini dapat mendorong daerah untuk terus mengembangkan kewirausahan, khususnya sektor UKM. “Hal ini nanti akan bisa memberikan kontribusi pada penciptaan lapangan kerja baru dan mengurangi pengangguran serta mampu meningkatkan pertumbuhan nasional ekonomi dan mensejaterakan rakyat,”.

Red: Djibril Muhammad
Rep: C02

Sumber : http://m.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/02/26/166348-hanya-5-persen-masyarakat-tertarik-wirausaha

Kisah Wang Zipping, Legenda Grandmaster Wushu Muslim Cina (1881-1973)

image

image

image

image

REPUBLIKA.CO.ID, Seratusdelapanpuluh kilometer dari utara Kota Terlarang (Beijing saat ini), terletak Changzhou, tempat tinggal suku Hui. Hui adalah suku Muslim di Cina. Namun, selain Islam, ada hal yang menjadi kecintaan anggota suku, yakni tradisi seni bela diri.

Sebelum penemuan senjata, Wushu merupakan alat utama pertempuran dan pertahanan diri di Cina. Para pemimpon Hui selalu mendorong anggotanya mempelajari Wushu sebagai ‘kebiasaan suci’ demi memperkuat disiplin dan keberanian untuk memperjuangkan sekaligus bertahan di tanah mereka.

Saat itu masjid-masjid, bagi suku Hui, bukan hanya tempat untuk beribadah, tapi juga medan latihan bagi grandmaster untuk menempa dasar-dasar Wushu kepada murid-murid yang antusias.

Seperti banyak Hui yang lain, Wang Ziping lahir di tengah keluarga miskin. Ayahnya bekerja sebagai petinju bayaran. Saat masih bocah, Ziping menunjukkan keinginan kuat belajar Wushu. Bela diri ini adalah identitas Hui. Tidak ada Hui–yang saat itu hanya senilai upah garam–akan berani menjalani hidup tanpa “Latihan Delapanbelas Pukulan Pertempuran” dan “Tinju Diagram Delapan” melekat pada tubuh dan pikiran.

Selain Wushu, Hui juga mendalami ajaran Islam. Dengan demikian kehidupan Hui adalah campuran antara buruh miskin, latihan keras dan spiritual mendalam. Kemampuan luar biasa mereka dalam Wushu bukan sesuatu yang datang sekejap mata.

Begitu pula yang dialami Ziping. Di tengah pelajaran mengaji Al Qur’an, Ziping juga harus mengangkat batu berat untuk membangun stamina, kekuatan dan galian parit yang kian lama kiat luas begitu kemampuannya melompat meningkat. Keseimbangan yang baik diasah dengan cara berbahaya. Zipping ditanam dalam tanah.

Saat itu pula Zipping membaca lantunan zikir. Kekuatan dan keseimbangannya pun bertambah berlipat ganda. Konsentrasi yang biasa dilakukan saat shalat sebagai tuntutan dalam Islam menjadi tulang punggung sesolid batu bagi gerakan mengalir Wushu.

Iklim di Changzou cukup sejuk ketika musim panas, namun dingin saat musim salju. Dalam bulan-bulan musim dingin salju jarang turun sehingga memungkina latihan tetap digelar. Zipping berlatih dengan seluruh elemen untuk membuat tangguh tubuhnya. Begitu ia menginjak usia 14 tahun, ia sudah bisa melompat lebih dari 3 meter dari posisi berdiri.

Sayang bocah dengan tubuh setegap pria dewasa dan kualitas petarung itu tak memiliki guru. Ayahnya yang keras kepala menolak memasukkan Zipping ke sekolah Wushu. Setengah putus asa mencari guru dan teman, ia jatuh ke dalam komunitas rahasia yang menyebut diri mereka “Jurus Kebenaran dan Keharmonian”.

Akhirnya Wang Zipping memutuskan pergi dan mengembara ke selatan Jinan, di mana ia menjadi musafir yang tinggal di sebuah Masjid Besar. Dalam ruang utama masjid itulah, Zipping bertemu pria seperti dirinya, seorang petinju. Ia bernama Yang Hongxiu, grandmaster Wushu yang akhirnya menjadi gurunya.

Dan Zipping pun dengan serius mulai mempelajari gerakan burung dan mamalia, seperti elang menukik menyambar mangsa, gerakan kelinci melintas padang rumput, hingga lompatan jitu anjing menghindar dari bahaya. Ia menyerap semua karakter gerakan itu kemudian menciptakan gayanya sendiri. Stamina dan refleksnya yang kian berkembang, membuat Zipping tak hanya kuat tetapi juga cepat–sebuah kombinasi mematikan dalam Wushu.

Seorang dianggap Grandmaster ketika ia mampu menggunakan alat apa pun sebagai senjata. Pengembangan kemampuan ini adalah seni sekaligus kebutuhan dalam Wushu. Zipping, menjadi luar biasa fasih dengan semua senjata utama.

Dia sangat mahir terutama dalam melakukan Qinna, yakni teknik sergapan yang dapat mengunci sendi dan otot-otot lawan dalam persiapan melakukan serangan dahsyat; Shuaijiao.  Nama yang terakhir itu adalah gaya bertarung tangan kosong yang menggabungkan prinsip Tai Chi, Hard Qigong dan Teknik Meringankan Tubuh.

Ia mendapat pengakuan sebagai seniman bela diri yang utuh. Pada saat bersamaan ia juga pakar dalam trauma tulang. Ia mengombinasikan pengetahuan mendalam dalam Qinna dengan ketrampilang mengatur tulang. Akhirnya ia menemukan sistem penyembuhan untuk cedera Wushu dan olahraga di utara Cina.

Legenda Klasik

Banyak kisah, ada yang asli dan juga sekedar mitos, yang telah disematkan pada sosoknya. Namun yang selalu diulang adalah kisah satu ini.

Selama melakukan praktek pengobatan di Jiaozhou, Jerman ditugaskan untuk membangun rel kereta api dari kawasan itu menuju Jinan. Proyek mercusuar itu adalah harga mahal yang harus dibayar setelah Ratu Ci’xi gagal dalam pemberontakan tinju. Rel dibuat dengan yang tujuan memperluas dan mengkokohkan kontrol Eropa atas daratan Cina.

Reputasi Zipping bukannya tak diketahui oleh Jerman. Lebih cerdas dan berani dari pada koleganya, para Jerman berupaya mempermainkannya. Seorang petinggi militer Jerman bersiasat dengan menempatkan penggilingan batu besar di depan stasiun rel kereta api dan menantang siapa pun untuk mengangkatnya.

Zipping yang tidak pernah bisa tahan dengan penghinaan terhadap orang Cina, secara alami langsung gusar. Seperti yang diharapkan Jerman, Zipping masuk perangkap.

“Bagaimana kalau saya bisa mengangkatnya,” tanya Zipping.

“Maka gilingan itu menjadi milikmu,” para Jerman menjawab dengan tampang mengolok-olok.

“Bila saya gagal?”

“Maka kamu harus membayar,”

Zipping denga mudah mengangkan gilingan batu itu, meninggalkan para Jerman tercengang-cengang. Seorang warga Amerika yang bekerja sebagai guru fisika di tempat itu, menyaksikan aksi Zipping. Ia pun menantang duel.

Saat berjabat tangan mengawali pertandingan, tiba-tiba si Amerika dengan kuat memegang tangan Zipping dan berupaya membantingnya ke tanah. Zipping secepat kilat menyapukan kaki ke bagian bawah tubuh lawannya dan membuatnya ambruk.

Karena reputasinya, Zipping ditunjuk sebagai kepala Divisi Shaolin di Institut Pusat Seni Bela Diri. Ia juga pernah menjabat wakil presiden Asosiasi Whusu Cina, organisasi Wushu tertinggi di CIna.

Ia memegang banyak gelar dan tanggung jawab, termasuk konsultan sejumlah rumah sakit besar di penjuru Cina. Karirnya sebagai pakar bela diri juga kian menajam setelah ia melakoni banyak duel dengan orang asing. Ia selalu ingin membuktikan bahwa Cina bukan ras inferior.

Meski dalam usia senja, Zipping tak pernah kehilangan kekuatan dan kecepatannya. Pada 1960 ketika ia menjadi pelatih dan direktur grup pelajar Wushu yang menyertai perdana menteri saat itu, Zhou Enlai, melawat ke Burma, ia diminta mendemonstrasikan kemampuannya. Di depan tuan rumah ia menampilkan jurus dengan senjata luar biasa berat, Pedang Naga Hitam. Dengan teknik tinggi, kemampuan dan semangat muda, tak satupun orang berpikir ia telah berkepala delapan.

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sumber: Berbagai sumber

Sumber utama : http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/11/02/24/165878-kisah-wang-zipping-legenda-grandmaster-wushu-muslim-cina-18811973

Tragedi penyerangan jemaah Ahmadiyah, apa yang sebenarnya terjadi di Cikeusik, Banten ?

Dalam gambar nampak salah seorang provokator yang memakai jaket hitam dengan memegang golok. Tubuhnya atletis dan tinggi besar. Siapakah mereka?

1. Membiarkan & Tidak Sigapnya Polisi

Jumat 4 Februari 2011, massa mulai berdatangan ke Umbulan, Cikeusik, Pandeglang, Banten. Aparat lokal sudah tahu tentang hal itu.

Polsek mengerahkan polisi ke lokasi. Polres sudah tahu dan sudah siaga. Menurut kabar dari keluarga seorang kawan di ANTV, sejak Jumat aparat di seluruh Kabupaten Pandeglang sudah tahu kalau ada rombongan massa yang datang ke Cikeusik.

Hari itu juga Suparman (tokoh Ahmadiyah lokal) dan keluarganya pun sudah dievakuasi polisi.

Sabtu malam (5 Februari 2011), massa Ahmadiyah datang dengan dua mobil dari Bogor dan Jakarta.

Menurut polisi, mereka telah menyuruh warga Ahmadiyah yang baru datang itu untuk pergi /dievakuasi, tapi mereka menolak. Karena itu polisi pun meninggalkan lokasi. Pertanyaannya:

  • Mengapa polisi membiarkan mereka bertahan di situ?
  • Mengapa polisi tidak berinisiatif untuk memaksa mereka pergi dan mengevakuasi ke tempat aman?
  • Bukankah mereka sudah tahu bahwa kondisi sudah demikian gawat?

Terkesan polisi membiarkan bentrokan terjadi dengan menarik anggotanya dari lokasi. Bahkan kawan kami di redaksi bercerita bahwa saudaranya yang bekerja di pemda Pandeglang bertanya-tanya, mengapa bentrokan itu terjadi padahal seharusnya bisa dicegah karena sudah diketahui sejak awal.

2. Massa Ahmadiyah

Massa Ahmadiyah yang baru datang dengan dua mobil itu menolak dievakuasi. Ada kesan mereka memang sengaja mempersiapkan diri untuk menjadi martir karena kedatangan mereka jelas bakal memprovokasi massa yang sudah terpancing emosinya sejak dua hari sebelumnya.

Apa tujuan mereka? Massa Ahmadiyah itu sempat mengatakan bahwa mereka ingin bertahan sampai titik darah penghabisan. Mengapa? Apakah mereka memang berharap agar kasus ini meledak dan kemudian menjadi perhatian masyarakat di dalam dan luar negeri? Ataukah mereka dikorbankan untuk scenario berdarah ini?

3.  Ada Penggerak Massa

Dari gambar-gambar video yang muncul di Youtube maupun yang kami dapatkan sendiri di lapangan, jelas bahwa awalnya massa tampak digerakkan oleh belasan orang berjaket hitam, sebagian berkaos t-shirt dan kemeja dan bersenjata golok. Yang menarik, mereka ini membawa tanda pengenal berupa pita biru di kerah, atau di dada atau di lengan atas.

Massa cair yang cenderung bergerak setelah berkumpul, belasan orang ini berjalan dengan langkah pasti, dengan jarak sekitar beberapa ratus meter, menuju rumah warga Ahmadiyah itu (rumah Suparman).

Begitu sampai di depan pekarangan rumah Suparman, mereka langsung menghajar warga Ahmadiyah yang berjaga di pekarangan dengan serangan memakai golok, bambu, batu dan lain-lain.

 

Dari gerakan-geriknya, mereka tampak sudah sangat terlatih memainkan golok, mampu berkelit dengan tangkas dan berkelahi. Anehnya, ketika massa mulai nimbrung, pentolan-pentolan penggerak massa ini sudah tidak tampak lagi. Ke mana mereka pergi?

4.  Kamera Video yang Sudah Standby

Bagi orang televisi seperti kami, adanya gambar-gambar video yang menggambarkan peristiwa penyerbuan itu sejak awal hingga akhir sangat menarik.

Cara mengambil gambarnya, sang kameraman cukup berpengalaman, dengan kualitas kamera yang cukup baik. Lebih penting, kamera yang di lokasi tampaknya ada beberapa, minimal dua atau tiga buah, dengan posisi yang sangat bagus dan bisa bercerita banyak tentang peristiwa itu. Ini uraiannya:

Kamera pertama mengambil gambar long shoot ketika belasan orang berjalan dengan bergegas, dipimpin seorang lelaki berjaket hitam dan berkopiah hitam.

Kamera kedua mulai merekam ketika belasan orang itu semakin mendekati lokasi, berteriak-teriak, mulai dari long shoot kemudian medium shoot hingga si pemimpin massa sempat diambil gambarnya dalam jarak dekat secara close up meski hanya sekilas. Lalu kamera bergerak ke kanan dan mengambil gambar ketika seorang polisi mencoba menahan massa tapi kemudian membiarkan mereka.

Mengapa polisi tidak terus menahan mereka, mengeluarkan tembakan peringatan dan sebagainya? Apakah karena polisi itu melihat pita-pita biru yang dipakai belasan orang itu? Ataukah mereka saling kenal?

Selanjutnya ketika bentrokan awal terjadi, tampak jelas betapa kamera yang mengambil gambar itu berada di belakang penyerbu.

Yang menarik adalah kameraman yang mengambil suasana bentrokan itu terkesan tidak takut dan seolah sudah saling mengenal dengan penyerbu, sehingga mereka bisa mengambil gambar dengan tenang.

Hal itu pula yang terjadi ketika warga Ahmadiyah yang sudah ditelanjangi kemudian dipukuli dan dianiaya dengan sadis. Kamera tetap mengambil gambar tanpa takut, tidak dilarang untuk mengabadikan penganiayaan itu, dan bahkan mengambil gambar orang-orang yang mengambil gambar kekejaman itu dengan handphonenya.

5.  Soal Video Upload di Youtube

Di Cikeusik, kontributor kami memang terlambat sampai ke lokasi. Baru sore dia sampai lokasi. Tapi kontributor kami ini datang bersama para wartawan dan kontributor dari media lainnya.

Gambar yang pertama kali dikirim dari lokasi peristiwa adalah gambar-gambar pasca kejadian. Mengirim gambar via streaming dari lokasi juga tidak bisa dilakukan dengan cepat, maka baru pada malam hari gambar pasca peristiwa terkirim dari warnet di kota kecamatan.

 

Saat kontributor televisi kerepotan ke lokasi dan kemudian mengirim gambar yang mereka dapat sendiri di kota kecamatan, ternyata gambar-gambar peristiwa bentrokan terjadi yang begitu jelas dan gamblang itu sudah diupload ke youtube pada Senin pagi 7 Februari 2011, dengan beberapa nama uploader. Ada yang dengan nama andreasharsono, amatkuat dan sebagainya.

Mengapa gambar-gambar itu bisa begitu cepat terkirim di Youtube, sementara dari kontributor kami dapatksn gambar-gambar itu besoknya. Dari mana mereka mendapat gambar-gambar itu?

Ada tiga seri “video amatir” yang kami dapatkan dari lapangan.

Gambar pertama, kami dapat dengan merekam langsung gambar itu dari kamera handphone seorang petugas Kodim. Gambar itu identik dengan salah satu gambar video kekerasan di Cikeusik lewat Youtube yang menggambarkan suasana saling lempar dan bacok antara warga Ahmadiyah melawan penyerang.

Gambar kedua, adalah gambar terpanjang, sekitar 10 menit. Gambar ini kami dapat ketika reporter kami sedang berada di sebuah warnet di kota kecamatan Cikeusik. Saat itu ada seorang polisi di sana.

Karena koordinator liputan daerah meminta gambar video amatir yang lain –selain yang pertama–, maka reporter itu langsung berinisiatif meminta kepada si polisi,

“Punya video amatir soal penyerbuan kemarin nggak, Pak?”

Polisi itu menjawab, “Ada tuh di komputer yang kamu pakai, tadi barusan ditransfer…” (???)

Yang menarik, gambar ini sama dengan gambar video yang isinya pembakaran dan penganiayaan sadis warga Ahmadiyah yang diupload di Youtube.

Gambar ketiga, didapat reporter kami dari seorang warga yang mengambil gambar dengan handphonenya ketika suasana mulai agak reda.

Kualitas ketiga video ini berbeda-beda.

  • Gambar pertama karena diambil dengan kamera handphone langsung sangat berbeda dengan video gambar cenderung flat dan tidak begitu kelihatan detailnya.
  • Gambar kedua lebih detail dan gambar pun stabil.
  • Gambar ketiga karena dari kamera handphone sederhana kualitas gambar lebih buruk.

Gambar detail kami dapat kemudian, sebagaimana gambar video yang diupload di Youtube, tergambar secara detail suasana kedatangan para penggerak massa, sampai masuk ke pekarangan dan bentrokan awal. Kualitas gambarnya jauh lebih bagus. Gambar video ini lebih bercerita, dengan berbagai sudut pengambilan gambar yang bagus. Cara mengambil gambar pun tampak lebih professional.

Siapa yang mengambil gambar ini? Mengapa pengambilan gambarnya begitu professional? Mengapa mereka kelihatan tidak berkonflik dengan penyerang? Lalu apa motif mereka?

Hingga kini kami masih belum menyimpulkan dalang kasus ini secara pasti. Tapi paling tidak, kami jadi bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang sedang bermain-main dengan nyawa manusia? (Hanibal Wijayanta, Wartawan).

Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150136040455851&id=1720326982

 

CEO dan pot kosong

Seorang CEO hendak mewariskan perusahaan besar kepada karyawan terbaiknya. Untuk itu ia memanggil seluruh karyawannya, memberikan masing-masing sebutir BENIH di tangannya dan berkata, “Sirami dengan teratur, rawat, dan kembalilah setahun dari sekarang dengan membawa tanaman yang tumbuh dari benih ini. Yang TERBAIK, pemiliknya akan menjadi penggantiku sebagai CEO perusahaan ini.

Seorang karyawan, Salman -bukan nama sebenarnya 🙂 – , pulang ke rumah. Setiap hari disiraminya dengan air dan pupuk. Setelah 6 bln, di kantor, eksekutif lainnya saling membicarakan tanaman mereka, sedangkan Salman melihat TIDAK ADA PERUBAHAN yang terjadi pada benih miliknya. IA MERASA GAGAL.

Setelah setahun, seluruh eksekutif menghadap CEO, memperlihatkan hasil benih tersebut. Salman berkata pada istrinya bahwa ia tdk akan membawa pot yang kosong, namun istrinya mendorongnya untuk menyatakan yang sebenarnya. Salman menyadari bahwa istrinya menyarankan HAL YANG BENAR. Memasuki ruangan meeting, Salman membawa sebuah pot kosong. Seluruh mata memandangnya kasihan.

Ketika Sang CEO memasuki ruangan, ia memandang keindahan seluruh tanaman itu, hingga akhirnya berhenti didepan Salman yang tertunduk malu. Sang CEO memintanya ke depan dan menceritakan TRAGEDI yang menimpanya.

Ketika ia selesai bercerita, Sang CEO berkata, “berikan tepuk tangan yang meriah untuk Salman, CEO yang baru”. Ia berkata, “Aku memberikan kepada kalian sebutir benih yang sebelumnya TELAH KUREBUS DI AIR PANAS hingga mati dan tidak mungkin untuk tumbuh. Melihat bahwa benih itu tidak tumbuh, kalian menukarnya dan berbohong kepadaku. Lain halnya dengan Salman, dia mau berkata yang sebenarnya terjadi.

Tabur KEJUJURAN, menuai KEPERCAYAAN

Tabur KETEKUNAN, menuai KEMENANGAN

Tabur KERJA KERAS, menuai KESUKSESAN

SALam MANtab !!!

Sumber : unknow

Tempat tidur baru itu bernama ‘Keberanian’.

Akhirnya Abi kesampaian juga membelikan tempat tidur baru untuk anak pertamanya, Namia. Usianya baru empat tahun, namun dimata Umi dan Abinya terasa jelas nalarnya seperti anak umur 6 tahun, bahkan lebih. Cerdas !!, banyak orang yg menyebutnya seperti itu, dan hal ini yg membuat Umi dan Abi bangga akan buah hatinya itu.

Apa yang terjadi dimalam ini memang sudah dinanti-nantikan. Tempat tidur baru itu akan datang, mengisi kamar tidur kedua yang saat ini masih diisi oleh kasur yg digelar langsung merapat ke lantai. Tempat tidur baru itu berwarna putih, dilapis kasur busa dengan per yang tebal, empuk, dan lembut. Bagian bawahnya juga tersedia tempat tidur tambahan, jadi tempat tidur ini bisa ditempati untuk dua orang, sengaja memang. Kelak akan ditempati Namia dan Teteh.

Sudah hampir tiga bulan keluarga Umi dan Abi ditemani dengan anggota keluarga baru. Seorang anak gadis yang baru saja lulus sekolah SMA. Pembantu ? ahhh Umi dan Abi sepertinya tidak nyaman menyebutnya seperti itu. Mereka lebih nyaman menyebutnya asisten rumah tangga, dan diperlakukan layaknya sebagai salah satu anggota keluarga. Umi dan Abi bahkan sengaja memadankan anak ini sebagai ‘kakak’ untuk Namia. Mereka membahasakan panggilan ‘Teteh’, untuk anggota keluarga baru ini.

Awalnya dikamar kedua itu hanya ditempati oleh Teteh, dengan selembar kasur yang tergerai langsung menempel lantai. Dan kini Umi & Abi sengaja manambahkan diruangan itu tempat tidur ganda, dan kelak Namia akan menemani Teteh, berdua di tempat tidur baru itu.

Sekarang Namia, tidur berdua bersama Teteh ditempat tidur barunya. Sedangkan Umi dan Abi, masih ditemani Gazza, anaknya yang kedua, yang baru saja berumur dua tahun. Periode itupun dimulai, dari hari pertama hingga seminggu lebih, Namia, tidur terpisah, setelah empat tahun lamanya selalu tidur bersama dengan Umi, Abi, dan Gazza. Ada rasa kangen yang menderu, kenangan-kenangan ketika Abi yang kerap mendongeng kepada buah hatinya itu, atau kenangan Umi yang selalu memulai memimpin doa sebelum tidur yang diakhiri oleh ucapan amin dari bibir kecil Namia, sungguh kenangan itu begitu menggemaskan. Dan walau hanya terpaut beberapa meter, rasa rindu itu cukup mengganggu.

Sudah hampir dua Minggu Namia tidur terpisah dengan Umi dan Abi. Sekarang hari Sabtu, dan Teteh memohon Izin untuk pulang sejenak menemui orang tuanya. Teteh pulang ke orang tuanya, berarti nanti malam Namia kembali tidur bersama Umi, Abi, dan Gazza. Dan sepertinya mereka sangat menunggu momen ini, kangen.

Malam sudah larut, jam di dinding sudah menunjukkan pukul 21.00, itu artinya waktunya untuk tidur malam. Umi dan Abi, mulai merayu anak-anaknya untuk mulai menghentikan aktifitasnya. Menggiring mereka ke kamar mandi, cuci kaki, gosok gigi, pipis, ganti baju untuk selanjutnya bobo.
Umi menggiring kedua anaknya Namia dan Gazza ke kamar tidur utama. Tapi apa dinyana, Namia menolak untuk tidur dikamar utama bersama Umi, Abi dan Gazza “Aku mau tidur dikamar akuu!!” pinta Namia “Tapi kan di kamar sana gak ada Teteh, Namia, gapapa bobo sendiri ?” Jelas Umi “Gapapa akukan berani, aku berani bobo sendiri kok!!” Jawab Namia, berusaha meyakinkan Uminya. Akhirnya Umi mengantarkan Namia tidur dikamarnya. “Abi temanin yah ?” tanya Umi “Gak usah, aku bobo sendiri ajah, gapapa kok Umiii!!” . Mendengar jawaban itu, Umi begitu takjubnya, karena dia ingat betul bahwa ketika dia masih seumur Namia, dia masih tidur ditemani oleh anggota keluarganya yang lain. Sekarang dihadapannya dia mendengar buah hatinya menjawab dengan tegas mengenai keberaniannya untuk tidur sendiri, tidak ditemani siapapun. “Lampunya aku nyalain ajah yaah ?” tanya Umi, dialog itu berlanjut “Matiin ajah Umi” jawab Namia, “Pintunya aku buka ajah yaah?” tanya Umi kembali, “Tutup ajah Umi” jawab Namia kembali, “Oke deh, met bobo yah sayang” ucap Umi, sambil mendaratkan kecupan sayang didahi Namia. Kemudian lampu dimatikan, dan pintu kamar Namia pun ditutup.

Di kamar utama, Umi dan Abi masih saja memikirkan anak pertamanya itu. Apakah Namia akan tenang tidur sendirian? Tidak akan menangis ? Tidak ketakutan. Sekali waktu mereka berdua sengaja mengintip anak pertama mereka itu, untuk sekedar memastikan bahwa anak mereka baik-baik saja. Dan Namia terlelap hingga pagi, kini tergambar sudah, betapa sekarang mereka mempunyai anak perempuan yang pemberani, mandiri, diusianya yang baru empat tahun. Dan aktifitas itu berlanjut, dihari-hari berikutnya. Haaah andai dulu aku punya tempat tidur sendiri, mungkin aku akan seperti Namia, menjadi pemberani.